Definisi bisa diterjemahkan sebagai penetapan, pembatasan, pemastian yang tepat suatu benda, perkataan atau suatu paham.
tujuan definisi adalah membedakan suatu benda, makhluk, materi, ataupun istilah yang satu dengan yang lainnya, definisi harus menyajikan essential atrributes, sifat-sifat utama
sebuah definisi haruslah akurat, tepat, jitu, maksudnya sesuatu yang didefinisikan haruslah pasti, terbatas dan harus berada dalam suatu ruang lingkup yang jelas(mark of the thing, refer to all things), kalau batasan ruang lingkupnya tidak jelas maka definisi itu gagal. definisi benar jika A=B dan B=A
untuk membuat definisi kita harus "bergerak" dari hal yang umum menuju hal yang khusus,
Syarat Definisi
1. Definisi sebisa-bisanya singkat, tetapi jangan terlalu luas atau terlalu sempit.
Definisi sebisa mungkin pendek namun ada kalanya definisi itu tidak bisa dipendekan karena jika dipendekan akan
menjadi terlalu sempit atau terlalu luas, misalnya jika kita katakan kuda itu adalah binatang pemamah biak, definisi ini terlalu luas, karena kerbau, kambing juga memamah biak, tetapi jika dikatakan kuda adalah binatang memamah biak yang ditunggangi pangeran Dipo Negoro definisi ini menjadi terlalu sempit, karena selain dipakai oleh pangeran Dipo Negoro Juga bisa digunakan untuk delman, yang bisa ditunggangi siapa saja.
Dalam matematika akan lebih mudah mencari contoh, misalnya bujursangkar ialah satu gambar datar tertutup dibatasi oleh 4 garis lurus yang sama panjang, mempunyai 4 sudut siku-siku.
Di sini bukan satu saja sifat yang penting. Pertama, dia mesti “gambar datar tertutup”, bukan gambar pada tempat bertinggi rendah. Bukan terbuka, melainkan semua sisinya bertemu. Kedua, dia mesti dibatasi oleh 4 garis lurus yang sama panjang, bukan 3 atau 5. Garisnya lurus tak boleh bengkok, panjang garis itu sama pula. Ketiga, 4 sudutnya mesti siku-siku. Satu pun dari ketiga sifat diatas tak boleh tertinggal. Kalau tertinggal bukan bujur sangkar yang kita peroleh.
memang definisi sebisa-bisanya pendek, tetapi harus mengandung semua sifat penting
2. Definisi itu tak boleh circular, berputar-putar.
Kesalahan ini didapat kalau kita memakai kata yang sama artinya. Contoh dari Aristoteles. “Tumbuhan ialah benda hidup yang mempunyai jiwa vegetable”. Sedangkan vegetable itu artinya tumbuhan juga. Jadi sebenarnya definisi ini: “tumbuhan ialah barang hidup yang mempunyai jiwa tumbuhan”. Di sini nyata, tumbuhan balik artinya pada tumbuhan. Dengan begitu kita tak mendapat kepastian penjelasan tentang tumbuhan. Demikian juga ketika Mahatma Gandhi mendefinisikan bahwa “ahimsa itu soul force”, kekuatan jiwa yang berdasar kasihan, seperti simpati, rohani. Apakah “kekuatan jiwa itu”? Itulah yang perlu lagi dibuktikan dengan mengganti nama baru yang mesti diterangkan pula, maka pekerjaan itu berputar-putar di sana saja, seperti menghesta kain sarung. Hal ini sama halnya dengan mengatakan : “Definisi, ialah satu ketentuan yang pasti, yang ditentukan oleh ketentuan yang tentu”. Disini dia pakai perkataan “ketentuan” dan “pasti” berulang-ulang, artinya sama dengan definisi. Meskipun definisinya itu panjang, dia tak memberi keterangan baru, karena keterangan yang diberikannya itu tak berpangkal tak berujung.
3. Definisi itu mesti general atau umum.
Definisi haruslah bersifat umum, biasa, dan dipahami oeh banyak orang. Hewan lebih umum, lebih luas cakupannya daripada Kuda. Sebab ke dalam daerah hewan termasuk juga monyet, ular, ikan, dan bukan saja Kuda. Tetapi walaupun cakupannya lebih luas, pengertian umum itu sebisa-bisanya lebih dikenal, jangan diketahui oleh kaum istimewa saja, kaum terpelajar saja umpamanya. Contohnya definisi berikut ini. Walaupun betul,tetapi cuma diketahui oleh sebagian kecil manusia saja. “Jam adalah sebuah kronometer untuk mengukur waktu dengan tepat”. definisi jam akan menjadi lebih tepat jika dikatakan “jam adalah alat untuk mengukur waktu”. Tak perlu kita pergi ke kapal, dimana orang memakai semacam jam istimewa yang bernama kronometer untuk pekerjaan yang kurang dikenal khalayak! Kecuali kalau tak ada cara lain untuk menyampaikan definisi selain cara khusus tadi.
4. Definisi tak boleh memakai metafor, perumpamaan, kata figuratif dan kata yang obscurate, gaib.
Jika dengan definisi kita hendak memastikan, membuktikan dan menerangkan suatu hal. Dengan menggunakan perumpamaan, penggambaran dan memakai perkataan gaib yang tidak bisa dikenali panca indera, sesuatu yang akan kita definisikan tadi justru tidak akan bertambah nyata. Malah sebaliknya.
Begitulah kalau seorang penyair, tukang metafor yang tulen, mengumpamakan dirinya sebagai “sepantun anak ikan yang di waktu pasang besar hanyutlah ia”. Dalam satu hal dia memiliki persamaan dengan ikan. Ikan dihanyutkan pasang dan si penyair dihanyutkan sengsara hidup, walaupun sengsara hidupnya itu seringkali cuma didapat di ujung pena Parker-nya saja. Tapi lain dari itu tak banyak persamaan anak ikan tadi dengan penyair kita. Kalau dalam mendefinisikan penyair kita definisikan anak ikan sebagai gantinya, maka masuklah pula segala sifat anak ikan yang tak ada pada si penyair. Umpamanya kepala si anak ikan selalu dingin, kecuali kalau sudah masuk kuali. Sedangkan kepala si penyair belum tentu dingin, atau malah adem selalu.
Begitu juga dengan memakai gambaran atau memakai kata-kata gaib, barang yang akan dipastikan tak akan bertambah pasti, malah sebaliknya bertambah gaib.
Begitu juga sekiranya jika disajikan definisi tentang Rohani kepada pembaca yang terhormat: “Rohani ialah satu kodrat, laksana Sang Garuda Rajawali yang mengendari bulan dan matahari, dan menerbitkan bintang dan bumi yang bisa menjelma menjadi Kuman Pasopati memasuki Pagar Jasmani”.
5. Definisi tak boleh memakai kalimat negatif (tak ber-).
Jika orang miskin didefinisikan sebagai orang ynag tak kaya, maka definisi itu negatif. Tidak bersifat nyata, yang positif. Bandingkanlah dengan definisi ini: orang miskin ialah orang yang tak punya harta benda apa-apa. Kadang dalam matematika sebuah definisi bersifat negatif, tapi ia sebenarnya positif. Misalnya: satu garis lurus itu tak mengubah tujuannya. Di sini kata “tak mengubah” berarti “menetapkan”. Jadi definisi itu boleh diganti menjadi: satu garis itu menetapkan tujuannya. Kadang-kadang tak ada cara lain kecuali memberikan definisi yang negatif, umpamanya: gelap itu adalah tidak terang.
marilah kita mencoba mendefinisikan seekor kuda
1. masuk golongan apakah kuda itu? jawab: masuk golongan hewan
2. apa perbedaan kuda dengan harimau yang masuk golongan hewan juga?jawab: kuda memamah biak(pemakan tumbuhan), harimau makan daging
3. apakah perbedaan kuda dengan kambing yang masuk golongan hewan pemamah biak juga? jawab: kuda bisa dijadikan alat transportasi
4. apa perbedaan kuda dengan sapi, yang sama-sama masuk golongan hewan pemamah biak dan bisa dijadikan alat transportasi? jawab: selain memamah biak dan bisa dijadikan alat transportasi, kuda bisa lari cepat dan di leher bagian belakang ada rambutnya
jika memang dirasa sudah tidak ada lagi yang dibandingkan kita menuju tahap berikutnya yaitu dengan mempertanyakan apakah setiap hewan yang memamah biak, bisa dijadikan alat transportasi, bisa berlari kencang dan memiliki rambut di belakang lehernya adalah kuda? jika jawabannya ya, maka benarlah definisi kita, kalau tidak gagalah percobaan kita
Berikiutnya kita periksa apakah semua kuda adalah binatang pemamah biak, yang bisa dibuat alat transportasi, bisa lari kencang dan punya rambut dilehernya?
misalkan ada kuda tidak bisa berlari karena kakinya cacat, atau ada kuda yang katanya doyan makan roti,
maka ini disebut perkecualian atau exception.
Kemudian kita periksa kembali dengan mengajukan pertanyaan apakah semua binatang pemamah biak, yang bisa dibuat alat transportasi, bisa lari kencang dan punya rambut dilehernya adalah kuda? jika pertanyaan semacam itu jawabannya benar maka definisi sudah dirasa cukup, tetapi bila jawabannya tidak, maka definisi harus dipersempit lagi.
Referensi: MADILOG
"Tak berdefinisi, maka semua ilmu tinggal satu onggok bukti saja, seperti seonggok pasir, tak ada pertalian masing-masing pasir. Baru kalau didefinisikan, yang berarti juga diorganisir, disusun, digeneralisir, baru segala bukti yang teronggok tadi jadi sains. Onggokan pasir tadi baru bersatu dan kokoh, kalau diikat dengan semen"
(Tan Malaka)
No comments:
Post a Comment